Penulis: Redaksi - Editor: Redaksi
RULES.CO.ID – Masyarakat kini tengah dihebohkan dengan adanya potensi gempa megathrust di Mentawai-Siberut dan Selat Sunda. Informasi ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Menanggapi kepanikan masyarakat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengimbau wisatawan untuk tidak panik saat berwisata.
"Intinya, berwisata dengan tentunya mendapatkan informasi terkini, tapi tentunya dengan kewaspadaan," ujar Sandiaga, dalam Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar secara hybrid dari Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf.
Sementara itu, Deputi Bidang Metereologi BMKG, Guswanto, mengatakan wisatawan harus memahami apa itu gempa megathrust terlebih dahulu. Megathrust adalah suatu posisi di mana terjadinya penyusupan lempeng, ada yang naik dan turun.
Posisi penyusupan lempeng ini terjadi di sebelah barat pantai Samudera Hindia, sampai ke Selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Adapun, terdapat delapan segmen di sepanjang jalur tersebut.
Sedangkan, segmen yang saat ini jadi sorotan adalah segmen Mentawai-Siberut, dan segmen Selat Sunda.
"Kenapa itu yang disampaikan? Karena segmen-segmen ini sudah lama terdiam. Jadi, kalau gempa bumi itu semakin dia diam, semakin berbahaya. Kalau dia semakin ada stress release sedikit-sedikit ada gempa di bawah empat, di bawah tiga, itu namanya stress release, jadi energi yang besar jadi tidak terjadi," ujar Guswanto
Tips berikutnya adalah terkait pemilihan destinasi. Jika memang terpaksa harus berwisata ke daerah yang dekat dengan Selat Sunda, maka kamu harus mempersiapkan mitigasi bencananya dengan baik.
"Kita harus siap-siap mitigasinya, artinya dari sisi kesiapan bagaimana kalau terjadi. Kan gempa ada tiga parameternya, kapan, kedalaman, dan di mana, kalau kekuatan dan letak bisa kita prediksi, namun kapannya ini yang tidak bisa," ujar Guswanto.
Untuk itu, wisatawan diminta agar meningkatkan kesadaran atau awareness, khususnya terhadap gempa yang tidak bisa diprediksi.
"Gempa tidak bisa diprediksi dan kejadiannya cepat, berbeda dengan iklim yang kejadiannya cukup lama, tetapi bisa diprediksi," pungkas Guswanto. (Shi)
Baca Juga : Fokus di Indonesia Suzuki Tutup Pabrik di Thailand, Presdir Minoru Amano Ungkap Alasannya