Penulis: Redaksi - Editor: Redaksi
“Si Silvia itu indekos di Bandung, kuliah. Buat uang jajan satu hari saja bisa Rp 100.000. Bagaimana bisa motif ekonomi? Itu buat dia lho, belum buat dua anaknya yang lain dan Juju (Juhariah),” ujar Ade.
Ade juga menolak motif Silvi dan kekasihnya, Hagistko Pramada (22), bersekongkol dengan Juhariah untuk membunuh Asep karena tidak mendapatkan restu setelah menjalani hubungan selama empat tahun terakhir.
“Kami, empat bersaudara, keluarga rasa teman. Kalau masalah menikah (direstui) atau tidak, kakak saya itu akan cerita, kalau memang ada pembicaraan menikah, akan cerita ke keluarga besar,” tutur Ade.
“Dia (Pram) main ke sini (rumah) dipersilakan. Bahkan, hari Sabtu (22 Juni), kan kejadian hari Kamis (27 Juni), Pram ke sini, ajak istrinya (Juhariah) dan anaknya (Silvia) main ke mal. Sama almarhum, itu dipersilakan,” ungkap Ade lagi.
Oleh karena itu, Ade menduga bahwa motif pembunuhan bercanda oleh tiga tersangka ini untuk menguasai harta Asep.
“Menurut hemat saya, ini pasti penguasaan harta. Kalau cuma melalui pinjaman online (pinjol), itu belum satu tahun juga habis untuk bertiga. Tapi dia (Juhariah) tahu asetnya, usahanya, warisannya, kendaraannya,” pungkas Ade.
Sebelumnya, pembunuhan berencana terhadap pengusaha aksesori bernama Asep berlangsung di rumah korban, RT 03/RW 04, Desa Taman Rahayu, Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (27/6/2024) dini hari.
Aksi tindak pidana ini dilakukan oleh istri Asep, anak pertamanya, dan kekasih anaknya saat Asep tengah tertidur pulas di ruang tengah.
Para tersangka sudah merencanakan pembunuhan selama dua pekan sebelum kematian korban. Bahkan, Asep sempat dua kali diracun oleh mereka, namun gagal.
Sementara, beberapa jam setelah Asep tewas, para tersangka mengajukan pinjaman online (pinjol) melalui ponsel korban senilai Rp 56,5 juta.
Pencairan dana berhasil, uang tersebut ditransfer melalui mobile banking ke rekening Silvia. Mereka menyisakan uang Rp 53.000 pada rekening Asep.
Pembunuhan berencana terbongkar setelah keluarga Asep mencium adanya sejumlah kejanggalan, salah satunya adalah panggilan telepon dari customer service pinjol yang hendak menagih utang.
Usai mengantongi sejumlah barang bukti, keluarga Asep melaporkan peristiwa dugaan pembunuhan ke pihak kepolisian pada 11 Juli 2024.

